Angin Duduk Kenapa Begitu Berbahaya, Penyakit Apa ini ?

Nama penyakit yang satu ini sudah tidak asing lagi di telinga kita.
Jika ada seseorang yang awalnya baik-baik saja kemudian mengeluh sakit di bagian dada dan kemudian meninggal, orang sering menyebut bahwa ini akibat penyakit angin duduk. 

Apa sih sebenarnya penyakit ini? Apa penyebabnya dan bagaimana cara mencegahnya?

Sebenarnya yang dimaksud dengan angin duduk itu adalah sebuah bentuk penyakit jantung yang disebut dengan Angina Pectoris. Angina Pectoris berasal dari bahasa Latin yang berarti ‘dada yang ditekan’, yang ditandai dengan ketidaknyamanan di daerah dada yang terjadi ketika suplai oksigen darah ke area jantung berkurang.

Apa Itu Angina & Apa Gejalanya?
Angina sendiri didefinisikan sebagai berkurangnya pasokan oksigen dan menurunnya aliran darah ke jantung. Angina merupakan gejala paling umum dari penyakit jantung yang berupa nyeri dada. Angina biasanya dirasakan sebagai ketidaknyamanan, perasaan berat, tekanan, sakit, panas seperti terbakar, rasa seperti diremas, ataupun nyeri di seluruh dada, terutama di belakang tulang dada. Angina memang biasanya dirasakan di area dada, namun nyeri ini juga kadang menyebar ke leher, rahang, lengan, punggung, atau bahkan gigi.

Apa Penyebab Angina?
Berkurangnya aliran darah ke jantung membuat suplai oksigen dan nutrisi penting ke otot jantung pun terhambat. Ketika ini terjadi, otot jantung harus menggunakan bahan bakar alternatif, namun dalam bentuk yang kurang efisien, agar jantung tetap dapat melakukan fungsinya untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Nah, hasil sampingan dari penggunaan energi alternatif ini, yaitu asam laktat, akan terbentuk di otot jantung dan menyebabkan rasa sakit. Beberapa obat yang digunakan untuk mengobati angina bekerja dengan cara menghambat penggunaan sumber energi ini.

 Apa Saja Jenis-Jenis Angina?
Angina pectoris dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

 Angina Stabil. Rasa sakit atau nyeri yang timbul dapat diprediksi dan terjadi hanya ketika melakukan aktivitas fisik atau tekanan emosional yang berat. Rasa sakit ini biasanya hilang dengan istirahat yang cukup.

Angina Tidak Stabil. Angina jenis ini bisa jadi pertanda serangan jantung. Dapat terjadi lebih sering, lebih lama, dan lebih sakit daripada angina stabil, serta dapat terjadi baik pada saat istirahat maupun saat melakukan aktivitas fisik.

Angina Prinzmeta. Angina ini terjadi pada saat istirahat, tidur, atau ketika terpapar suhu dingin. Dalam kasus ini, gejala yang timbul disebabkan oleh penurunan aliran darah ke otot jantung. Kebanyakan orang yang mengalami angina jenis ini juga mengalami penyakit arteri koroner. Tekanan terjadi akibat adanya sumbatan.

Apakah Angina Dapat Terjadi Meskipun Tidak Ada Riwayat Penyakit Jantung?

Angina dapat terjadi dengan ataupun tanpa adanya penyakit jantung jenis apa pun. Hingga 30% orang yang mengalami angina bermasalah dengan jantungnya yang disebut aortic stenosis, yang dapat menyebabkan penurunan aliran darah ke arteri koroner di jantung. Orang dengan anemia parah juga dapat mengalami angina karena aliran darah mereka tidak membawa oksigen dalam jumlah yang cukup. Orang dengan penebalan otot jantung membutuhkan oksigen dalam jumlah lebih banyak dan dapat mengalami angina ketika jantung tidak mendapatkan pasokan oksigen yang cukup.



Siapa Saja yang Berisiko Terkena Angina?
Beberapa kondisi yang merupakan faktor risiko terjadinya angina antara lain:

    Usia (lebih dari 55 tahun untuk pria, dan lebih dari 65 tahun untuk wanita)
    Merokok
    Diabetes mellitus
    Dislipidemia
    Riwayat penyakit kardiovaskuler dalam keluarga
    Hipertensi
    Penyakit ginjal
    Obesitas
    Kurang olahraga
    Kondisi medis lain seperti anemia, hipertiroid, dan hipoksemia

Bagaimana Angina Didiagnosa?
Nyeri dada tidak selalu merupakan sinyal dari serangan jantung. Namun, beberapa pemeriksaan perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosa angina. Beberapa tes tersebut antara lain:

Electrocardiogram (ECG) atau Elektrokardiogram (EKG). Tes ini merekam aktivitas elektrik dari jantung melalui elektroda yang ditempelkan ke kulit. karena otot jantung yang mengalami kerusakan tidak mampu menghantarkan impuls listrik secara normal, hasil tes EKG mungkin menunjukkan adanya serangan jantung.

 Tes Darah. Tes darah diperlukan untuk memeriksa peningkatkan kadar beberapa enzim tertentu yang secara normal ditemukan di otot jantung. Kerusakan sel jantung akibat serangan jantung dapat menyebabkan enzim ini bocor, dalam beberapa jam, ke aliran darah.

Sinar X. Foto rontgen (sinar X) dari area dada akan memeriksa kondisi paru-paru dan ukuran dan bentuk jantung, serta pembuluh darah utama. Pemeriksaan ini juga dapat menemukan gangguan paru seperti pneumonia dan lain-lain.

Echocardiogram. Ekokardiogram menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar gerakan jantung. Pada beberapa kasus, sebuah alat kecil dimasukkan melalui tenggorokan untuk mendapatkan gambaran yang lebih bagus dari berbagai bagian jantung.

Computerized tomography (CT scan). Tipe CT scan yang berbeda-beda dapat digunakan untuk memeriksa pembuluh darah jantung, untuk mengetahui di mana sumbatan plak terjadi.

Magnetic resonance imaging (MRI). Merupakan teknik pemeriksaan menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk menciptakan gambaran cross-sectional dari tubuh. MRI jantung terkadang dilakukan untuk mencari kerusakan di jantung ataupun aorta.

Stress test. Tes ini mengukur bagaimana jantung dan pembuluh darah meresepon suatu tekanan, yang dapat mengindikasikan apakah rasa sakit yang dirasakan terkait dengan gangguan di jantung. Ada banyak jenis stress test. Ada yang menggunakan teknik berjalan di atas treadmill atau bersepeda di atas sepeda stasioner sambil terhubung dengan EKG. Atau bisa juga dengan pemberian obat untuk merangsang jantung dengan cara yang sama dengan pemberian aktivitas fisik (olahraga).

Coronary catheterization (angiogram). Tes ini membantu dokter untuk mengidentifikasi penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah jantung. Sebuah cairan warna disuntikkan ke pembuluh darah jantung melalui sebuah kateter sehingga dapat terlihat di X-Ray dan video.



Bagaimana Mengobati Angina?
Untuk mengatasi angina, perawatan harus disesuaikan dengan penyebab dari angina itu sendiri, sehingga berbeda-beda pada tiap orang. Namun, tujuan utama perawatan angina pectoris adalah untuk mengatasi gejala, menghambat perkembangan penyakit, dan menekan kemungkinan timbulnya penyakit lain di kemudian hari, terutama serangan jantung yang bisa berakibat pada kematian.

Obat
Obat-obatan digunakan untuk mengatasi beberapa penyebab yang paling umum dari angina, antara lain:

Artery relaxer. Nitroglycerin, biasanya diletakkan di bawah lidah, akan membuat arteri jantung relaks, sehingga aliran darah akan lebih lancar katika melewati bagian yang menyempit.

Clot-busting drug. Obat ini bekerja untuk menghancurkan gumpalan yang menyumbat aliran darah yang mengarah ke otot jantung.

Blood thinner. Obat ini bekerja dengan cara menghambat pembekuan darah, untuk mmebantu mencegah pembentukan gumpalan yang lebih banyak.

 Antacid. Jika nyeri dada diakibatkan oleh asam lambung yang menekan esophagus, dokter mungkin menyarankan obat yang akan mengurangi keasaman lambung.

Anti-anxiety drug. Jika ada serangan panik, dokter biasanya akan meresepkan obat anti-cemas untuk membantu mengontrol gejala ini.

Pembedahan dan Prosedur Lain
Prosedur untuk mengatasi beberapa penyebab paling berbahaya dari nyeri dada, antara lain:

Balloon dan stent. Jika nyeri dada diakibatkan oleh penyumbatan pada arteri yang mengarah ke jantung, dokter akan memasukkan sebuah tabung kecil ke dalam pembuluh darah besar di pangkal paha kemudian menyalurkannya ke area penyumbatan. Balon kemudian disebarkan untuk membuka kembali pembuluh darah. Dalam banyak kasus, sebuah stent (tabung kecil yang saling terkait) dimasukkan untuk menjaga arteri tetap terbuka.

Bypass surgery. Selama prosedur ini, ahli bedah akan mengambil sebuah pembuluh darah dari bagian lain di tubuh dan menggunakannya untuk membuat jalur alternatif agar darah mengitari arteri yang tersumbat.

Dissection repair. Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk memperbaiki diseksi aorta, sebuah kondisi yang bisa mengancam keselamatan jiwa yang dapat mengakibatkan pecahnya aretri yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh.

Lung reinflation. Jika paru-paru kolaps, dokter akan memasukkan sebuah tabung di area dada, agar paru-paru dapat memompa kembali.

 Bagaimana Cara Mencegah Angina?
Angina merupakan akibat dari berkurangnya pasokan darah ke jantung. Nah, beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya angina atau membantu mengurangi kejadian ini antara lain:

Batasi makanan tinggi lemak. Konsumsi makanan tinggi lemak dalam jumlah banyak secara teratur dapat menyebabkan aterosklerosis, yang secara bertahap bisa menurunkan aliran darah melalui arteri.

Stop merokok. Baik merokok secara aktif maupun pasif, nikotin dapat mempersempit arteri dan menghirup monoksida juga akan menghambat sirkulasi oksigen di seluruh tubuh.

Kontrol tekanan darah. Tekanan darah tinggi bisa memicu tekanan pada jantung serta aterosklerosis. Oleh karena itu, hindari konsumsi natrium berlebihan yang bisa meningkatkan tekanan darah.

Hindari stres. Spasme jantung akan meningkat saat kita berada dalam kondisi stres atau gangguan psikologis seperti depresi.

Jaga berat badan. Kelebihan berat badan berkaitan erat dengan timbulnya berbagai penyakit yang menyerang jantung dan pembuluh darah. Jadi, mulailah terapkan pola makan sehat dengan diet seimbang dan berolahraga rutin.

Olahraga teratur. Kurangnya aktivitas fisik membuat peredaran darah kurang lancar serta memicu terjadinya obesitas dan segala penyakit yang menyertainya. Namun, hindari olahraga yang terlalu berat dalam waktu lama atau berlebihan karena justru bisa membebani kerja jantung.

Angin duduk atau angina pectoris ternyata merupakan penyakit yang tak bisa disepelekan. Nah, setelah mengetahui seluk beluk angina, marilah mengubah gaya hidup kita menjadi lebih sehat agar terhindar dari penyakit yang satu ini! Semoga bermanfaat! (dee)