Belanja Online Indonesia Rp 2 Triliun, Peluang Masih Besar. Mau Coba?
Nilai pembelanjaan online masyarakat Indonesia saat ini hanya sekitar 0,1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau sekitar Rp 2 triliun (230 juta dollar AS) selama 2010. Sehingga masih banyak peluang bisnis yang dapat diambil keuntungannya dari bisnis di internet (bisnis online).
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Marie Elka Pangestu menyatakan saat ini bisnis online atau e-commerce masih dalam usia dini. Potensi untuk berkembang pun masih terbuka lebar.
“Akses internet yang lebih luas akan memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Salah satu yang bisa berkembang di masa depan adalah industri kreatif yang memakai platform dan konten digital yang erat hubungannya dengan internet,” ungkap Marie dalam sambutan tertulisnya di Jakarta.
Potensi e-commerce di tanah air memang besar. Berdasarkan hasil survei ComScore, 50 persen dari pengguna internet di Indonesia telah mengunjungi situs ritel di 2010. Jumlah tersebut naik 41 persen dari tahun 2009.
Sekadar catatan, jumlah pengguna internet di Indonesia sekitar 50 juta pengguna. Sekitar 50 persen dari jumlah tersebut mengakses internet melalui ponsel. Sedangkan pengguna desktop mencapai 15 juta pengguna.
Setelah Malaysia, Indonesia adalah negara kedua tertinggi di Asia Tenggara terkait pencarian ke situs ritel ini. Marie menyatakan hal tersebut bukan mengubah bisnis atau fokus pengusaha di Indonesia. Tapi hal tersebut diharapkan mampu memperluas wawasan dan membuka potensi usaha seluas mungkin.
Berdasarkan riset Nielsen, masyarakat Indonesia masih menggunakan internet terutama untuk hiburan, sosialisasi dan mencari informasi.
“Namun baru 6 persen dari pengguna internet di Indonesia yang membeli barang atau jasa secara online. Angka tersebut hanya sedikit lebih tinggi dibanding Filipina dan Thailand,” katanya.
Uniknya, berdasarkan riset Deloitte Access Economics terhadap 200 pengusaha kelas menengah ada 29 persen penjualannya dari internet. Nilai tersebut setara dengan bisnis online di negara maju seperti Australia. Selain itu, 130 dari 200 perusahaan yang disurvei mendapatkan keuntungan dari rantai distribusi yang lebih murah untuk barang dan jasa mereka dengan memanfaatkan internet.
sumber: kompas.com
Nilai pembelanjaan online masyarakat Indonesia saat ini hanya sekitar 0,1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau sekitar Rp 2 triliun (230 juta dollar AS) selama 2010. Sehingga masih banyak peluang bisnis yang dapat diambil keuntungannya dari bisnis di internet (bisnis online).
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Marie Elka Pangestu menyatakan saat ini bisnis online atau e-commerce masih dalam usia dini. Potensi untuk berkembang pun masih terbuka lebar.
“Akses internet yang lebih luas akan memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Salah satu yang bisa berkembang di masa depan adalah industri kreatif yang memakai platform dan konten digital yang erat hubungannya dengan internet,” ungkap Marie dalam sambutan tertulisnya di Jakarta.
Potensi e-commerce di tanah air memang besar. Berdasarkan hasil survei ComScore, 50 persen dari pengguna internet di Indonesia telah mengunjungi situs ritel di 2010. Jumlah tersebut naik 41 persen dari tahun 2009.
Sekadar catatan, jumlah pengguna internet di Indonesia sekitar 50 juta pengguna. Sekitar 50 persen dari jumlah tersebut mengakses internet melalui ponsel. Sedangkan pengguna desktop mencapai 15 juta pengguna.
Setelah Malaysia, Indonesia adalah negara kedua tertinggi di Asia Tenggara terkait pencarian ke situs ritel ini. Marie menyatakan hal tersebut bukan mengubah bisnis atau fokus pengusaha di Indonesia. Tapi hal tersebut diharapkan mampu memperluas wawasan dan membuka potensi usaha seluas mungkin.
Berdasarkan riset Nielsen, masyarakat Indonesia masih menggunakan internet terutama untuk hiburan, sosialisasi dan mencari informasi.
“Namun baru 6 persen dari pengguna internet di Indonesia yang membeli barang atau jasa secara online. Angka tersebut hanya sedikit lebih tinggi dibanding Filipina dan Thailand,” katanya.
Uniknya, berdasarkan riset Deloitte Access Economics terhadap 200 pengusaha kelas menengah ada 29 persen penjualannya dari internet. Nilai tersebut setara dengan bisnis online di negara maju seperti Australia. Selain itu, 130 dari 200 perusahaan yang disurvei mendapatkan keuntungan dari rantai distribusi yang lebih murah untuk barang dan jasa mereka dengan memanfaatkan internet.
sumber: kompas.com